Jumat, 27 April 2012

Huta Batak






















Suasana huta Batak mulai terasa ketika suara gondang Batak sayup-sayup kedengaran saat menuju harbangan (gerbang) “Huta Batak” di Desa Pagar Batu, Balige. Di sisi gerbang ada pohon beringin (hariara) yang sengaja ditanam sebagai ciri huta orang Batak tempo dulu. Enam ruma Batak berdiri kokoh di atas pekarangan yang luas dihias rumput hijau yang tertata rapi. Salah satu ruma adalah rumah asli TB Silalahi. Rumah yang berusia 150 tahun ini adalah tempat tinggal TB Silalahi semasa kecil di Balige. Dalam perkampungan Batak ini ada dua jenis rumah adat; ruma dan sopo. Rumah itu dibagi dua bagian yang saling berhadapan. Di antara kedua deretan rumah terdapat halaman luas yang fungsinya tempat menjemur padi dan bermain anak-anak. Sama seperti huta Batak dahulu kala. Ada enam rumah asli Batak berusia 120 hingga 150 tahun di huta Batak TB Silalahi Center (TBSC). Rumah ini sumbangan dari keluarga (marga) Batak yang mencintai kebudayaan leluhur. Termasuk salah satu rumah pendiri TBSC. Rumah itu asli yang dipindahkan dari Pagar Batu ke kompleks TBSC. Huta di kompleks TBSC dikelilingi pohon bambu sama seperti huta orang Batak di masa lalu. Termasuk jalan masuk ke huta hanya satu gerbang (bahal) Biasanya di sisi bahal terdapat hariara (beringin) Nuansa kampung Batak tempo dulu dapat dirasakan di huta Batak Pagar Batu, Balige. Selain rumah Batak ada juga pangulubalang (patung) di perkampungan ini. Pangulublang merupakan peninggalan suku Batak ketika masih menganut anisme. Dahulu kala pangulubalang dianggap sebagi patung pelindung desa, khususnya saat penduduk desa sedang meninggalkan desa untuk berbagai kegiatan. Patung terbuat dari batu, tapi ada juga patung yang dibuat dari kayu. Peranan pangulubalang sangat penting khusus meyelesaikan perselisihan antarmarga atau antardesa. Konon, roh pangulubalang ditugasi pergi ke daerah musuh untuk menutup mata dan telinga musuh agar tidak mampu berperang lagi. Bagaimana “gaya hidup” orang Batak di masa lalu, juga dapat disaksikan di TBSC. Jejak orang Batak tempo dulu ada tersimpan di sebuah rumah besar yang disebut Ruma Bolon,berukuran sembilan setengah kali 15 meter. Dua kali lebih besar dari ukuran ruma Batak. Ciri khas Ruma Bolon adalah ukiran (gorga) yang sangat dominant pada dinding. Gorga ini memiliki nilai filosofi fan religi. Terdapat juga ukiran singa pada kayu yang ada di sisi kanan dan kiri ruma. Termasuk hiasan payudara sebagai lambang kesuburan (hagabeon) Demikian juga gambar kadal (boraspati) lambang kebijaksanaan dan kekayaan. Dapat juga disaksikan replika peradaban di masa lalu. Seperti pengobatan tradisional melalui bantuan datu (dukun) Peralatan pesta Batak zaman dulu serta alat rumah tangga dan alat berburu lengkap disimpan dalam Ruma Bolon. “Kalau pada musim liburan, biasanya ada pertunjukan tortor,” kata seorang pemandu TBSC. Tortor tersebut diadakan di bawah ruma, diiringi gondang yang dimainkan pargonsi yang ditempatkan di sokor (balkon) Pada bagian bawah Ruma Bolon terdapat tombara (kolong) yang digunakan sebagai kandang ternak, tempat menyimpan kayu dan tempat martonun. Ruma Batak pada umumnya tidak punya kamar (bilut) Ruangan dalam rumah terbuka tanpa sekat pembatas. Pada rungan utama berfungsi sebagai tempat tidur di situlah keluarga tidur beralaskan lage (tikar) seadanya. Lage jarang dilipat atau disimpan. Kalau tidur pada malam hari biasanya pakai bulusan (selimut) dari tikar karena udara dingin. Di bagian dapur terdapat tataring (tempat memasak) yang terbuat dari batu (dalihan) Tataring dilengkapi dengan parapara. Parapara befungsi sebagai tempat kayu bakar dan peralatan masak lainnya. Berkunjung ke TBSC banyak hal yang dapat disaksikan. Selain kampung Batak yang asri, pengunjung dimanjakan dengan panorama Danau Toba yang indah. Pengunjung bisa melepas lelah di kafe terbuka yang terdapat di bagian depan TBSC. Dari lantai dua kafe ini dapat menikmati pemandangan Danau Toba yang terhampar di ujung Desa Pagar Batu. Tidak terkecuali, jejak perjalanan TB Silalahi dapat dilihat di dalam TBSC. Mulai masa kecil, kegiatannya di milter dan di pemerintahan lengkap dipajang di museum ini. (baharuddin silaen)


http://forum.bersamatoba.com/index.php?topic=14.0

Tidak ada komentar: