Sabtu, 21 Juli 2012

Menyediakan:

*Shooting Video

*Photo Grafer

*Editing Video

*Editing Photo

*Transfer Video VCV/DVD

*Musik/entertaimen

*Tratak/Tenda

*Bunga Papan

*Pelaminan

* dll...

Bersedia Menlayani Acara:

*Acara Pernikahan

*Acara Sulang-Sulang Pahoppu

*Acara Duka Cita

*Ulang Tahun

*Plantikan

*Sukuran

Hubungi Kami Di:

R.br.Naiborhu:085261263113

M.Panjaitan:082167160995

Alamat; Jl.Besar Sidamanik Tiga Bolon Pane

Kec.Sidamanik Kab.Simalungun (SUMUT)

Jumat, 27 April 2012

Tortor Batak





Asal mula Tortor Batak
Pada 1000 tahun Silam sekitar 1000-1800 meter diatas permukaan laut di kasawan Desa Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir ribuan tahun silam dipercaya orang Batak sebagai awal mula keturunan pertama suku Batak atau disebut “Si Raja Batak”.
Puncak Pusuk Buhit sendiri menjadi sebuah lokasi misteri yang penuh daya magis, konon sejumlah pejabat dan orang-orang Batak bahkan warga dari Luat Sileban (Turis mancanegara) rela mendaki puncak ini guna mendapatkan sebuah harapan dalam berbagai bentuk.
Seiring dengan kehidupan regenerasi keturunan si Raja Batak, berbagai peninggalan bersejarah saat ini banyak kita ketahui seperti situs-situs budaya di kawasan Sianjur Mula-mula, tongkat Tunggal Panaluan, Ulos, Gondang Batak, dll.
Namun yang perlu kita ketahui, dari berbagai narasumber dikawasan Pusuk Buhit yang ditemui oleh penulis mengisahkan, bahwa tari tor-tor sawan atau tari cawan yang diyakini masyarakat batak sebagai sebuah icon, karena tarian ini diyakini memiliki nilai magis adalah berawal dari sebuah mimpi seorang Raja Batak.
               Berawal dari sebuah mimpi seorang raja batak keturunan GURU TATEA BULAN, di kawasan Desa Sianjur
Mula-mula, Puncak Pusuk Buhit, Kabupaten Samosir. Dalam mimpinya, sang raja bermimpi bahwa kawasan pegunungan pusuk buhit tempat keturunan pertama si raja batak akan runtuh, sehingga, akibat mimpi tersebut sang raja pun terus menerus gelisah.
Kemudian sang raja memerintahkan Panglimanya (PANGLIMA ULUBALANG) agar memanggil seorang ahli nujum yang bergelar GURU PANGATIHA untuk menanyakan arti mimpinya. Namun sang Guru Pangatiha mengaku tidak tahu arti mimpi sang raja, akan tetapi Guru Pangatiha meminta supaya raja menggelar sebuah acara ritual yang dinamakan acara membuka debata ni parmanukon atau membuka tabir mimpi.
Oleh Guru Pangatiha, kemudian meminta sang raja agar acara membuka tabir mimpi ini dilaksanakan sebelum bulan purnama tiba atau dalam bahasa batak disebut BULAN SAMISARA. Akan tetapi, untuk membuka tabir mimpi itu jelas-jelas tidak dapat terpenuhi, akan tetapi untuk menangkis hal-hal buruk yang akan terjadi ke daerah kekuasaannya, GURU PANGATIHA menghimbau agar sang raja memanggil seorang sibaso atau dukun perempuan, dimana dukun perempuan yang diyakini masih gadis itu bergelar SIBASO BOLON PANURIRANG PANGARITTARI.
Selanjutnya, oleh dukun perempuan tersebut bersama enam gadis lainnya datang memenuhi panggilan raja untuk membersihkan daerahnya dari mara bahaya, ketujuh gadis tersebut kemudian menari sambil menjingjing sebuah mangkuk atau cawan dikepala masing-masing dengan diiringi alunan musik gondang batak. Dengan tarian barbau mistis, ketujuh gadis itupun menari-nari sambil menyiramkan air dalam sawan/cawan keseluruh arah penjuru desa. Hal ini dimaksudkan untuk mengusir roh-roh jahat yang akan masuk kewilayah kekuasaan raja. Bahwa SIBASO BOLON PANURIRANG PANGARITTARI menari dengan ikat kepala terbuat dari benang tiga warna (merah,hitam dan putih) dan pengikat lain dikitar tubuh.

Gondang Batak





Sejarah Gondang Batak
Kalau kita dengar istilah “musik Batak”, apakah yang muncul dalam pikiran kita? Istilah “Batak” berkenaan dengan sesuatu bangsa besar yang mengandung beberapa suku yang kebudayaannya dan bahasanya berhubungan, tetapi juga berbeda.
Bangsa Batak termasuk suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, Mandiling, dan Angkola. Menurut kebiasaan di Indonesia, kalau kita dengar kata “Batak” kita biasanya pikir tentang kebudayaan Batak Toba. Kemudian, kecuali kita yang bekerja dalam suasana anthropolog atau etnomusikolog, istilah “musik Batak” hampir selalu disamakan dengan musik Batak Toba.
Kalau kita pikir tentang musik Batak, apakah itu yang timbul dalam akal kita? Dalam kota-kota besar seperti Medan, jawabnya hampir selalu terkait dengan musik pop Batak seperti musik trio vokal yang biasanya bisa didengar di pesta kawin, siaran radio musik Batak
, Karaoke, lapotuak dsb.
Bila musik pop Batak dipersembahkan di video biasanya di kaset karaoke, rasanya hampir selalu ada tentang kerinduan desa, Danau toba, dan gaya hidup yang sering dianggap sudah hilang. Dalam video sejenis ini, sering penyanyi dan penari pakai pakaian tradisi menari tortor di depan rumah tradisi, atau dipinggir danau toba. Dalam video ini, kadang kita melihat sekilas ansambel musik tradisi Batak Toba; Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi. Penglihatan sekilas ini, bagaimanpun biasanya sangat singkat sekali dan hampir tidak pernah dibolehkan mendengar suara alat-alat ini dalam gambaran kebudayaan Batak Toba yang ditengahi dan diatur oleh media. Kelompok musik tradisi Batak Toba sudah menjadi lambang kebudayaan yang dilucuti oleh konteks dan makna asli. Gara-gara kekuatan media massa dalam hidup modern ini, masyarakat Batak Toba, khususnya pemuda yang tinggal di kota menganggap musik tradisi mereka sebagai simbol kebudayaan Batak tradisi, tetapi simbol tersebut melambangkan baik pemandangan hidup maupum astetis musik yang biasanya mereka diasingkan dalam kehidupannya sehari-hari.

GONDANG
Musik tradisi masyarakat Batak Toba disebut sebagai gondang. Ada tiga arti untuk kata “gondang”: 1. Satu jenis musik tradisi Batak toba; 2. Komposisi yang ditemukan dalam jenis musik tsb. (misalnya komposisi berjudul Gondang Mula-mula, Gondang Haroharo dsb; dan 3. Alat musik “kendang”. Ada 2 ansambel musik gondang, yaitu Gondang Sabangunan yang biasanya dimainkan diluar rumah dihalaman rumah; dan gondang Hasapi yang biasanya dimainkan dalam rumah.

Gondang Sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat tiup-“obo”), taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya peran melodis dengan sarune tsb), gordang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau logam) yang membantu irama.
Sarune Bolon adalah alat tiup double reed (obo) yang mirip alat-alat lain yang bisa ditemukan di Jaw, India, Cina, dsb. Pemain sarune mempergunakan teknik yang disebut marsiulak hosa (kembalikan nafas terus menerus) dan biarkan pemain untuk memainkan frase-frase yang panjang sekali tanpa henti untuk tarik nafas. Seperti disebut di atas, taganing adalah perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci dan punya peran melodis sama dengan sarune. Tangga nada gondang sabangunan disusun dalam cara yang sangat unik. Tangga nadanya dikunci dalam cara yang hampir sama (tapi tidak persis) dengan tangga nada yang dimulai dari urutan pertama sampai kelima tangga nada diatonis mayor yang ditemukan dimusik Barat: do, re, mi, fa, sol. Ini membentuk tangga nada pentatonis yang sangat unik, dan sejauh yang saya tahu, tidak bisa ditemukan ditempat lain di dunia ini. Seperti musik gamelan yang ditemukan di Jawa dan Bali, sistem tangga nada yang dipakai dalam musik gondang punya variasi diantara setiap ansambel, variasi ini bergantung pada estetis pemain sarune dan pemain taganing. Kemudian ada cukup banyak variasi diantara kelompik dan daerah yang menambah diversitas kewarisan kebudayaan ini yang sangat berharga.
Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam struktur irama. Pola irama gondang disebut doal, dan dalam konsepsinya mirip siklus gongan yang ditemukan dimusik gamelan dari Jawa dan Bali, tetapi irama siklus doal lebih singkat.
Sebahagian besar repertoar gondang sabangunan juga dimainkan dalam konteks ansambel gondang hasapi. Ansambel ini terdiri dari hasapi ende (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main melodi), hasapi doal (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main pola irama), garantung (sejenis gambang kecil yang main melody ambil peran taganing dalam ansambel gondang hasapi), sulim (sejenis suling terbuat dari bambu yang punya selaput kertas yang bergetar, seperti sulim dze dari Cina), sarune etek (sejenis klarinet yang ambil peran sarune bolon dalam ansambel ini), dan hesek (sejenis alat perkusi yang menguatkan irama, biasanya alat ini ada botol yang dipukul dengan sebuah sendok atau pisau).

Tangga nada yang dipakai dalam musik gondang hasapi hampir sama dengan yang dipakai dalam gondang sabangunan, tetapi lebih seperti tangga nada diatonis mayor yang dipakai di Barat. Ini karena pengaruh musik gereja Kristen.
ASPEK-ASPEK SEJARAH
Ansambel musik yang memakai alat-alat terbuat dari perunggu di Sumatera biasanya terdiri dari perlengkapan yang punya empat sampai dua belas gong kecil,satu atau dua gong besar yang digantung, dua sampai sembilan kendang, satu alat tiup, penyari dan gembreng. Satu Ansambel yang khas jenis ini ada gondang sabangunan dari batak toba. Ansambel ini masih dipakai dalam upacara agama Parmalim. Gondang sabangunan punya peran yang penting sekali dalam upacara agama tersebut. Seperti pada catatan di atas, Ansambel ini terdiri dari 4 gong yang main siklus irama gongan yang singkat, perlengkapan lima kendang yang dikunci, satu sarune (alat tiup/ obo), satu kendang besar dan satu alat perkusi (biasanya botol) untuk memperkuatkan irama.

Musik gondang sabangunan dipakai dalam upacara agama untuk menyampaikan doa manusia ke dunia atas. Waktu musik dimainkan, pemain sarune dan pemain taganing dianggap sebagai menifestasi Batara Guru. Musik ini dipergunakan untuk berkomunikasi dengan dunia atas dan rupanya tranformasi pemain musik ini terjadi untuk memudahkan hubungan dengan dunia atas. Transformasi paradigma ini di mitos Batak sangat mirip yang ada di Bali menunjuk bukti tidak langsung bahwa ada hubungan purbakala diantara kebudayaan Batak Toba dan kebudayaan Bali. Biarpun hal ini tidak dapat dibuktikan, ada kemungkinan yang berhubungan dengan sejarah, karena kedua kebudayaan masing-masing berhubungan paling sedikit sebagai batas keluar kerajaan majapahit. Bersangkut dengan konsep kosmos bertingkat tiga ada konsep tentang faktor mediasi; pohon kosmos atau pohon hidup. Pohon mitos ini yang menghubungkan tiga dunia punya hubungan simbolis dengan pohon Bodhi dalam agama Budha, kayon di wayang Bali dan Jawa, dan barangkali konsep ini lebih tua dari agama Budha dan agama Hindu. Dalam konsepsi Batak peran musik mirip peran pohon kosmos; musik juga menguhubungkan dunia masing-masing. Melalui musik gondang batasan diantara dunia dapat ditembus, doa manusia dapat sampai kepada debata, dan berkah debata dapat sampai kepada manusia.
Dengan kedatangan agama Kristen ke Tanah Batak, pokok kebudayaan Batak sangat diubah sekali. Interaksi dengan agama baru ini dan nilai-nilai barat menggoncangkan kebudayaan tradisi batak toba sampai ke akarnya. Menurut gereja Kristen musik gondang berhubungan dengan kesurupan, pemujaan roh nenek moyang, dan agama Batak asli, terlalu bahaya untuk dibolehkan terus dimainkan lagi. Pada awal abad kedua puluh Nommensen minta pemerintah kolonial Belanda untuk melarang upacara bius dan musik gondang. Larangan ini bertahan hampir empat puluh tahun sampai pada tahun 1938. Itu merupakan suatu pukulan utama untuk agama tradisi Batak Toba dan musik gondang yang sangat terkait dengan agama tsb.

Uppasa Batak

Umpasa Batak di na laho marsirang

Lagu mp3 batak marsirang adong, umpasa halak batak di na laho marsirang tong do adong, songonon ma akka umpasa batak na lao marsirang :


Pidong sitapitapi, habang diatas hauma
Horas ma hamu na hupaborhat hami
Horas hami na tininggalhonmuna


Dolok ni Panampahan, tondongkon ni Tarabunga
Sai horas ma hamu dipardalanan songoni dung sahat tu inganan muna


Tombak ni Sipinggan di dolok ni Sitapongan
Di dia pe hita tinggal, sai tong ma hita masihaholongan


Eme sitambatua parlinggoman ni siborok
Amanta Debata do silehon tua, sai luhutna ma hita diparorot


Mangerbang bungabunga, ditiur ni mata ni ari
Selamat jalan ma dihamuna, selamat tinggal ma di hami

Umpasa Batak Mangadopi natua tua

Umpasa Batak sidohonon molo dohot iba mangadopi natua tua na manjalo sipanganon sian angka anakkonna


Andor halumpang ma togutogu ni lombu dohot togutogu ni horbo laho tu Lapogambiri
Sai saur ma hamu leleng mangolu paihutihut pahompu sahat tu na marnono dohot marnini


Tinpu bulung ni sabi nibutbut pinaspashon
I dope na tarpatupa hami ba i ma jolo tahalashon


Hata sian undangan tu natuatua i:Polta bulan i Ama ni Manggule: Ro nuaeng angka pomparanmu mamboan sipanganon ba dohot hami mauliate


Tubu ma singkoru di dolok ni Simamora
Sai torop ma anak dohot boru na basa jala sisubut roha


Tubu dingindingin jonok tu simartolu
Horas ma tondi madingin pir tondi matogu
Sai ro ma nipi na uli sai leleng hamu mangolu
Haliangan ni nono dohot nini raphon anak dohot boru


Hata ni undangan tu ianakkon na mamboan sipanganon :Binolus Purbatua laho tu Parsingkaman
Naburju marnatuatua ingkon sai dapotan pandaraman
Laho pe ibana mangula sai na dao ma parmaraan
Sai dapotsa na niluluan sai jumpang na jinalahan


Taringot di sipanganon na binoanmuna tu natuatua i :
Disi do gandina, disi do nang gandona
Disi do daina disi do nang tabona
Sirsir ansimna jala hona dohot asomna


Asa dohonon nami ma :
Bagot na marhalto ma di ladang ni Panggabean
Horas ma hami na manganhon, lam martamba sinadongan di hamu na mangalean


Ia siula tano do hamu ba on ma dohononnami :
Binanga ni Sihombing binongkak ni Purbatua
Tu sanggar ma amporik tu lombang ma satua
Sai sinur ma pinahan gabe na niula


Molo partigatiga do hamu ba on ma dohonon namu :
Tinampul bulung bira bahen saong laho tu ladang
Sai mangomo ma hamu sian tigatiga ba sai maruntung ma sian dagang


Molo tung sipata rugi hamu ba sai dapot nian nidok ni umpasa :
Soban rantingranting soban ni Sijamapolang
Ba molo rugi hamu sian antinganting, ba sai mangomo ma sian golang


Molo pegawai do hamu ba on ma dohonon nami :
Tinapu bulung salaon dongan ni bulung si tulan
Ba sai naek pangkat ma hamu ganup taon, sai tamba gaji tiap bulan


Molo adong di hamu na so hot ripe dope on ma dohonon nami:
Parik ni Lubutua hatubuan ni bulu duri
Na burju marnatuatua sai ingkon dapotan rongkap na uli


Baangkup ni i :
Molo adong disi hulingkuling sai adong ma disi holiholi
Molo adong disi na so muli sai adong do rongkap ni i naso mangoli


Sahatsahat ni solu ma sahat di rondang ni bulan
Sai leleng ma hamu mangolu jala sai dipasupasu Tuhan
Diginjang do arirang, di toru pangonggoman
Badan muna ma na so ra sirang, tondimuna sai masigomgoman


Giringgiring ma tu gostagosta, tu boras ni singkoru
Sai tibu ma hamu mangiringiring, tibu mangompa angka anak dohot boru


Rimbur ni pangkat ma tu rimbur ni hotang
Tung aha pe dijama hamu, sai i ma parohon pamasamotan


Sahat sahat ni solu sahat ma tu bontean
Sahat ma hamu leleng mangolu, sahat tu panggabean


  • Asa Gabe
Mandurung di Aek Natolu manjala di Siguragura
Rap leleng ma hamu mangolu, sahat tu na saur matua


Laklak diginjang pintu, singkoru ginolomgoloman
Maranak ma hamu sampulu pitu marboru sampulu onom


Hotang hotari tu hotang simarhorahora
Sai gogo ma hamu mansari, jala tibu ma hamu mamora


Sahatsahat ni solu sahat ma tu Labuan
Sahat ma hamu leleng mangolu sai diiringiring Tuhan


  • Asa Sahat sintasinta i
Napuran ni Parsoburan tu gambir ni Sitapongan
Tangkas ma hamu sai sauduran jala sai masihaholongan


Tubu ma tambinsu di toru ni pinasa
Sai tubu ma dihamu angka anak na bisuk, dohot angka boru na ulibasa


Andor has tu andor his tu andor simartolu
Sai rap horas ma hamu rap torkis, jala sai dapot ngolungolu


Sahat sahat ni solu sahat ma tu Labuan
Sahat ma hamu leleng mangolu, sai diiringiring Tuhan


  • Asa Denggan Pansarian
Talip pintu tolu, ihot ni ogung oloan
Rap leleng ma hamu mangolu jala sai satahi saoloan


Binsar mata ni ari poltak mata ni bulan
Sai tubu ma dihamu angka boru na malo mancari dohot anak na gabe raja panungkunan
Bona ni aek Puli di dolok Sitapongan
Sai roma tu hamu angka na uli jala sai dor nang pansamotan


Sahat sahat ni solu, sahat dirondang ni bulan
Rap sahat ma hamu leleng mangolu jala rap sioloi Tuhan

Huta Batak






















Kamis, 26 April 2012

Acara Adat Batak

http://berlipro.com/index6.html

Pada dasarnya, Adat Pernikahan Adat & Pernikahan Batak, mengandung nilai sakral. Dikatakan sakral karena dalam pemahaman Pernikahan Batak, , bermakna pengorbanan bagi parboru (pihak penganten perempuan) karena ia “berkorban” memberikan satu nyawa manusia yang hidup yaitu anak perempuannya kepada orang lain pihak paranak (pihak penganten pria) , yang menjadi besarnya nanti, sehingga pihak pria juga harus menghargainya dengan mengorbankan/ mempersembahkan satu nyawa juga yaitu menyembelih seekor hewan (sapi atau kerbau), yang kemudian menjadi santapan (makanan adat) dalam ulaon unjuk/ Pernikahan Adat itu.

Sebagai bukti bahwa santapan /makanan adat itu adalah hewan yang utuh, pihak pria harus menyerahkan bagian-bagian tertentu hewan itu (kepala, leher, rusuk melingkar, pangkal paha, bagian bokong dengan ekornya masih melekat, hatu, jantung dll)klik Foto Nikah & Foto Perkawinan.Bagian-bagian tersebut disebut tudu-tudu sipanganon (tanda makanan adat) yang menjadi jambar yang nanti dibagi-bagikan kepada para pihak yang berhak, sebagai tanda penghormatan atau legitimasi sesuai fungsi-fungsi (tatanan adat) keberadaan/kehadira n mereka didalam acara adat tersebut, yang disebut parjuhut.silakan klk Perkawinan Adat & Perkawinan Batak untuk mengetahui informasi selanjutnya

Sebelum misi/zending datang dan orang Batak masih menganut agama tradisi lama, lembu atau kerbau yang dipotong ini ( waktu itu belum ada pinahan lobu) tidak sembarang harus yang rerbaik dan dipilih oleh datu. Barangkali ini menggambarkan hewan yang dipersembahkan itu adalah hewan pilihan sebagai tanda/simbol penghargaan atas pengorbanan pihak perempuan tersebut. Cara memotongnya juga tidak sembarangan, harus sekali potong/sekali sayat leher sapi/kerbau dan disakasikan parboru (biasanya borunya) jika pemotongan dilakukan ditempat paranak (ditaruhon jual). Kalau pemotongan ditempat parboru (dialap jual) , paranak sendiri yang menggiring lembu/kerbau itu hidup-hidup ketempat parboru. Daging hewan inilah yang menjadi makanan pokok “ parjuhut” dalam acara adat perkawinan (unjuk itu). Baik acara adat diadakan di tempat paranak atau parboru, makanan/juhut itu tetap paranak yang membawa /mempersembahkan
Kalau makanan tanpa namargoar bukan makanan adat tetapi makanan rambingan biar bagaimanpun enak dan banyaknya jenis makananannya itu. Sebaliknya “namargoar/tudu- tudu sipanagnaon” tanpa “juhutnya” bukan namrgoar tetapi “namargoar rambingan” yang dibeli dari pasar. Kalau hal ini terjadi di tempat paranak bermakna “paranak” telah melecehkan parboru, dana kalau ditempat parboru (dialap jula) parboru sendiri yang melecehkan dirinya sendiri. Dari pengamatan hal seperti ini sudah terjadi dua kali di Batam, yang menunjukkan betapa tidak dipahami nilai luhur adat itu.klik Foto Nikah & Foto Perkawinan

Anggapan acara Perkawinan Adat & Perkawinan Batakrumit dan bertele-tele adalah keliru, sepanjang ia diselenggarakan sesuai pemahamn dan nilai luhur adat itu sendiri. Ia menajdi rumit dan bertele-tele karena diselenggrakan sesuai pamaham atau seleranya.