http://berlipro.com/index6.html
Pada dasarnya, Adat Pernikahan Adat & Pernikahan Batak, mengandung nilai sakral. Dikatakan sakral karena dalam pemahaman Pernikahan Batak,
, bermakna pengorbanan bagi parboru (pihak penganten perempuan) karena
ia “berkorban” memberikan satu nyawa manusia yang hidup yaitu anak
perempuannya kepada orang lain pihak paranak (pihak penganten pria) ,
yang menjadi besarnya nanti, sehingga pihak pria juga harus
menghargainya dengan mengorbankan/ mempersembahkan satu nyawa juga yaitu
menyembelih seekor hewan (sapi atau kerbau), yang kemudian menjadi
santapan (makanan adat) dalam ulaon unjuk/ Pernikahan Adat itu.
Sebagai
bukti bahwa santapan /makanan adat itu adalah hewan yang utuh, pihak
pria harus menyerahkan bagian-bagian tertentu hewan itu (kepala, leher,
rusuk melingkar, pangkal paha, bagian bokong dengan ekornya masih
melekat, hatu, jantung dll)klik Foto Nikah & Foto Perkawinan.Bagian-bagian
tersebut disebut tudu-tudu sipanganon (tanda makanan adat) yang menjadi
jambar yang nanti dibagi-bagikan kepada para pihak yang berhak, sebagai
tanda penghormatan atau legitimasi sesuai fungsi-fungsi (tatanan adat)
keberadaan/kehadira n mereka didalam acara adat tersebut, yang disebut
parjuhut.silakan klk Perkawinan Adat & Perkawinan Batak untuk mengetahui informasi selanjutnya
Sebelum
misi/zending datang dan orang Batak masih menganut agama tradisi lama,
lembu atau kerbau yang dipotong ini ( waktu itu belum ada pinahan lobu)
tidak sembarang harus yang rerbaik dan dipilih oleh datu. Barangkali
ini menggambarkan hewan yang dipersembahkan itu adalah hewan pilihan
sebagai tanda/simbol penghargaan atas pengorbanan pihak perempuan
tersebut. Cara memotongnya juga tidak sembarangan, harus sekali
potong/sekali sayat leher sapi/kerbau dan disakasikan parboru (biasanya
borunya) jika pemotongan dilakukan ditempat paranak (ditaruhon jual).
Kalau pemotongan ditempat parboru (dialap jual) , paranak sendiri yang
menggiring lembu/kerbau itu hidup-hidup ketempat parboru. Daging hewan
inilah yang menjadi makanan pokok “ parjuhut” dalam acara adat
perkawinan (unjuk itu). Baik acara adat diadakan di tempat paranak atau
parboru, makanan/juhut itu tetap paranak yang membawa /mempersembahkan
Kalau
makanan tanpa namargoar bukan makanan adat tetapi makanan rambingan
biar bagaimanpun enak dan banyaknya jenis makananannya itu. Sebaliknya
“namargoar/tudu- tudu sipanagnaon” tanpa “juhutnya” bukan namrgoar
tetapi “namargoar rambingan” yang dibeli dari pasar. Kalau hal ini
terjadi di tempat paranak bermakna “paranak” telah melecehkan parboru,
dana kalau ditempat parboru (dialap jula) parboru sendiri yang
melecehkan dirinya sendiri. Dari pengamatan hal seperti ini sudah
terjadi dua kali di Batam, yang menunjukkan betapa tidak dipahami nilai
luhur adat itu.klik Foto Nikah & Foto Perkawinan
Anggapan acara Perkawinan Adat & Perkawinan Batakrumit
dan bertele-tele adalah keliru, sepanjang ia diselenggarakan sesuai
pemahamn dan nilai luhur adat itu sendiri. Ia menajdi rumit dan
bertele-tele karena diselenggrakan sesuai pamaham atau seleranya.
1 komentar:
http://berlipro.com/index6.html
Posting Komentar